Jumat, 09 September 2011

 
PENGENDALIAN GULMA

Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertaniankarena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Gulma yang selalutumbuh di sekitar pertanaman (crop) mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan serta hasilakhir. Adanya gulma tersebut membahayakan bagi kelangsungan pertumbuhan danmenghalangi tercapainya sasaran produksi pertanaman pada umumnya. Pengendalian gulmahendaknya dilaksanakan jika kita telah memiliki pengetahuan tentang gulma itu.Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan. Mencegah biasanyalebih murah tetapi tidak selalu lebih mudah. Di negara-negara yang sedang membangunkegiatan pengendalian yang banyak dilakukan orang adalah pemberantasan. Pengendaliangulma dapat dilakukan dengan cara-cara :          1.                  Preventif ( Pencegahan )
Pengendalian gulma secara preventif adalah pengendalian dengan cara mencegahterjadinya infeksi dari pada mengobati. Pengendalian gulma secara preventif terbagi ataskarantina, penggunaan biji yang bersih, memperhatikan sisa-sisa tanaman pertanian(jerami) yang akan dipergunakan sebagai pakan ternak, tidak menggunakan pupuk kandang yang masih baru, mencegah hewan ternak berpindah langsung ke daerahlain, penggunaan alat pertanian, penggunaan tanah atau pasir, pembersihan bahantanaman yang akan ditanam, pembersihan tebung-tebing saluran pengairan, pembersihangulma di tepi jalan, mencegah terbentuknya biji-biji gulma dengan cara melakukan pembabatan gulma sebelum berbunga, dan dengan cara meningkatkan kesadaranmasyarakat.Cara ini teruatama ditujukan terhadap species-species gulma yang sangatmerugikan dan belum terdapat tumbuh di lingkungan kita. Species gulma asing yangcocok tumbuh di tempat-tempat baru dapat menjadi pengganggu yang dahsyat(eksplosif). Misalnya kaktus di Australia, eceng gondok di Asia-Afrika. Cara-cara pencegahan masuk dan menyebarkan gulma baru antara lain adalah :                     a.   Dengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma.                                        b.      Pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang.                                                                              c.    Pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumput makanan ternak.                                 d.    Pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran pengairan.                                                   e.     Pembersihan ternak yang akan diangkut.
 

Pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan lain sebagainya.Apabila hal-hal tersebut di atas tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka harusdicegah pula agar jangan sampai gulma berbuah dan berbunga. Di samping itu jugamencegah gulma tahunan (perennial weeds) jangan sampai berbiak terutama dengan caravegetatif.
                                                                                                                                                     2.       Pengendalian Gulma Secara Fisik 
 Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan dengan jalan :

a.                  Manual
Cara manual maksudnya adalah Pencabutan dengan tangan atau disebut penyiangan dengan tangan merupakan cara yang praktis, efesien, dan terutama murah jika diterapkan pada suatu area yang tidak luas, seperti di halaman, dalam barisan danguludan di mana alat besar sulit untuk mencapainya dan di daerah yang cukup banyak tenaga kerja. Pencabutan dengan tangan ditujukan pada gulma annual dan biennial. Untuk gulma perennial pencabutan semacam ini mengakibatkan terpotongdan tertinggalnya bagian di dalam tanah yang akhirnya kecambah baru dapat tumbuh.Pencabuatn bagi jenis gulma yang terakhir ini menjadi berulang-ulang dan pekerjaanmenjadi tidak efektif. Pelaksanaan pencabutan terbaik adalah pada saat sebelum pembentukan biji (Moenandir, 1988).

b.                  Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dengan menggunakan alat-alat seperti cangkul, garu, bajak,traktor dan sebagainya pada umumnya juga berfungsi untuk memberantas gulma.Efektifitas alat-alat pengolah tanah di dalam memberantas gulma tergantung beberapa faktor seperti siklus hidup dari gulma atau kropnya, dalam dan penyebaranakar, umur dan ukuran infestasi, macamnya krop yang ditanaman, jenis dan topografitanah dan iklim.

c.                   Pembabatan (Pemangkasan, Mowing)
Pembabatan umumnya hanya efektif untuk mematikan gulma setahun danrelatif kurang efektif untuk gulma tahunan. Efektivitas cara ini tergantung padawaktu pemangkasan, interval (ulangan) dan sebagainya. Pembabatan biasanyadilakukan di perkebunan yang mempunyai krop berupa pohon, pada halaman-halaman, tepi jalan umum, jalan kereeta pai, padang rumput dan sebagainya.Pembabatan sebaiknya dilakukan pada waktu gulma menjelang berbunga atau padawaktu daunnya sedang tumbuh dengan hebat.
 
d.                  Penggenangan
Penggenangan efektif untuk memberantas gulma tahunan. Caranya denganmenggenangi sedalam 15 - 25 cm selama 3 - 8 minggu. Gulma yang digenangi haruscukup terendam, karena bila sebagian daunnya muncul di atas air maka gulmatersebut umumnya masih dapat hidup.

e.                  Pembakaran
Suhu kritis yang menyebabkan kematian pada kebanyakan sel adalah 45 - 550C, tetapi biji-biji yang kering lebih tahan daripada tumbuhannya yang hidup.Kematian dari sel-sel yang hidup pada suhu di atas disebabkan oleh koagulasi pada protoplasmanya.Pembakaran secara terbatas masih sering dilakukan untuk membersihkantempat-tempat dari sisa-sisa tumbuhan setelah dipangkas. Pada sistem peladangan diluar Jawa cara ini masih digunakan oleh penduduk setempat. Pembakaran umumnya banyak dilakukan pada tanah-tanah yang non pertanian, seperti di pinggir-pinggir  jalan, pinggir kali, hutan dan tanah-tanah industri.Keuntungan pembakaran untuk pemberantasan gulma dibanding dengan pemberantasan secara kimiawi adalah pada pembakaran tidak terdapat efek residu pada tanah dan tanaman. Keuntungan lain dari pembakaran ialah insekta-insekta danhama-hama lain serta penyakit seperti cendawan-cendawan ikut dimatikan.Kejelekannya ialah bahaya kebakaran bagi sekelilingnya, mengurangi kandunganhumus atau mikroorganisme tanah, dapat memperbesar erosi, biji-biji gulma tertentutidak mati, asapnya dapat menimbulkan alergi dan sebagainya.

f.                    Mulsa (Mulching, Penutup Seresah)
Penggunaan mulsa dimaksudkan untuk mencegah agar cahaya matahari tidak sampai ke gulma, sehingga gulma tidak dapat melakukan fotosintesis, akhirnya akanmati dan pertumbuhan yang baru (perkecambahan) dapat dicegah. Bahan-bahan yangdapat digunakan untuk mulsa antara lain jerami, pupuk hijau, sekam, serbuk gergaji,kertas dan plastik.

3.                  Pengendalian Gulma Dengan Sistem Budidaya
 Cara pengendalian ini jiga disebut pengendalian secara ekologis, oleh karenamenggunakan prinsip-prinsip ekologi yaitu mengelola lingkungan sedemikian rupasehingga mendukung dan menguntungkan pertanaman tetapi merugikan bagi gulmanya.Di dalam pengendalian gulma dengan sistem budidaya ini terdapat beberapa cara yaitu :

 
a.                  Pergiliran Tanaman
Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulmadalam ambang yang tidak membahayakan. Coontoh : padi ± tebu ± kedelai, padi ± tembakau ± padi. Tanaman tertentu biasanya mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena biasanya jenis gulma itu dapat hidup dengan leluasa pada kondisiyang cocok untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh gulma teki (Cyperusrotundus) sering berada dengan baik dan mengganggu pertanaman tanah keringyang berumur setahun (misalnya pada tanaman cabe, tomat, dan sebagainya).Demikian pula dengan wewehan (Monochoria vaginalis) di sawah-sawah. Dengan pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat berubah-ubah, sehinggagulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya.

b.                  Budidaya Pertanaman
Penggunaan varietas tanaman yang cocok untuk suatu daerah merupakantindakan yang sangat membantu mengatasi masalah gulma. Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutupi ruang-ruang kosong merupakan cara yang efektif untuk menekan gulma.Pemupukan yang tepat merupakan cara untuk mempercepat pertumbuhantanaman sehingga mempertinggi daya saing pertanaman terhadap gulma.Waktu tanaman lambat, dengan membiarkan gulma tumbuh lebih dulu laludiberantas dengan pengolahan tanah atau herbisida. Baru kemudian tanamanditanam pada tanah yang sebagian besar gulmanya telah mati terberantas.

c.                   Penaungan Dengan Tumbuhan Penutup (Cover Crops)
Mencegah perkecambahan dan pertumbuhan gulma, sambil membantu pertanaman pokoknya dengan pupuk nitrogen yang kadang-kadang dapatdihasilkan sendiri.

4.      Pengendalian Gulma Secara Biologis
 Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah pengendalian gulma denganmenggunakan organisme lain, seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya.Pengendalian biologis yang intensif dengan insekta atau fungi biasanya hanya ditujukanterhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas dan ini harus melalui proses penelitian yang lama serta membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin apabilaspecies gulma yang akan dikendalikan itu habis, insekta atau fungi tersebut tidak menyerang tanaman atau tumbuhan lain yang mempunyai arti ekonomis.

 
Sebagai contoh pengendalian biologis dengan insekta yang berhasil ialah pengendalian kaktus Opuntia spp. Di Australia dengan menggunakan Cactoblastiscactorum , dan pengendalian Salvinia sp. dengan menggunakan Cyrtobagous singularis. Demikian juga eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat dikendalikan secara biologisdengan kumbang penggerek  Neochetina bruchi dan Neochetina eichhorniae. Sedangkan jamur atau fungi yang berpotensi dapat mengendalikan gulma secara biologis ialahUredoeichhorniae untuk eceng gondok, Myrothesium roridum untuk kiambang , danCerospora sp. untuk kayu apu. Di samping pengendalian biologis yang tidak begitu spesifik terhadapspecies-species tertentu seperti penggunaan ternak dalam pengembalaan, kalkun pada perkebunan kapas, ikan yang memakan gulma air dan sebagainya.

5.      Pengendalian Gulma Secara Kimiawi
 Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma denganmenggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yangdapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yangluas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residuterhadap alam sekitar dan sebagainya. Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil. Untuk berhasilnya cara ini memerlukandasar-dasar pengetahuan yang cukup dan untuk itu akan diuraikan tersendiri lebih lanjut.

6.      Pengendalian Gulma Secara Terpadu
 Yang dimaksud dengan pengendalian gulma secara terpadu yaitu pengendaliangulma dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.Walaupun telah dikenal beberapa cara pengendalian gulma antara lain secara budidaya, fisik, biologis dan kimiawi serta preventif, tetapi tidak satupun cara-caratersebut dapat mengendalikan gulma secara tuntas. Untuk dapat mengendalikan suatuspecies gulma yang menimbulkan masalah ternyata dibutuhkan lebih dari satu cara pengendalian. Cara-cara yang dikombinasikan dalam cara pengendalian secara terpadu initergantung pada situasi, kondisi dan tujuan masing-masing, tetapi umumnya diarahkan
 
agar mendapatkan interaksi yang positif, misalnya paduan antara pengolahan tanahdengan pemakaian herbisida, jarak tanam dengan penyiangan, pemupukan denganherbisida dan sebagainya, di samping cara-cara pengelolaan pertanaman yang lain.


KESIMPULAN

Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara. Secara preventif, misalnyadengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma, pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang, pencegahan pengangkutan jarak jauh jeramidan rumput-rumputan makanan ternak, pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran pengairan, pembersihan ternak yang akan diangkut, pencegahan pengangkutantanaman berikut tanahnya dan sebagainya.Secara fisik, misal dengan pengolahan tanah, pembabatan, penggenangan, pembakarandan pemakaian mulsa.Dengan sistem budidaya, misal dengan pergiliran tanaman, budidaya pertanaman dan penaungan dengan tumbuhan penutup (cover crops).Secara biologis, yaitu dengan menggunakan organisme lain seperti insekta, fungi,ternak, ikan dan sebagainya.Secara kimiawi, yaitu dengan menggunakan herbisida atau senyawa kimia yang dapatdigunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma baik secara selektif maupunnon selektif, kontak atau sistemik, digunakan saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh.Secara terpadu, yaitu dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengantujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.

Selasa, 30 Agustus 2011

Tentang perusahaan

PT. Asiana Chemicalindo Lestari, adalah perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang Agrochemical Indutry, yakni memproduksi produk pestisida untuk pertanian khususnya perkebunan dengan pemasaran di sejumlah daerah pertanian seluruh Indonesia. Head office berada di Jakarta dan representative di sejumlah daerah dengan staff dan tenaga pendukung lapangan.

Alamat:
Jl. Raya Kebayoran Lama No. 242A
Jakarta Selatan, DKI Jakarta

Nomor Telepon:
(021) 72795079, 72791618

Fax:
021-7205152


Limbah ternak sebagai pupuk organik

Daur-ulang limbah ternak berperanan dalam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, dan secara bersamaan juga meningkatkan produksi tanaman. Suatu hal yang cukup nyata bahwa limbah ternak yang cukup banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang berharga murah. Kotoran ternak mempunyai nilai pupuk (padat dan cair) yang tinggi dan mudah terdekomposisi. Cara tradisional yang umum dilaksanakan untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah, adalah menambahkan bahan yang belum matang dalam bentuk pupuk kandang, kompos atau bahan tanaman seperti pupuk hijau. Penggunaan pupuk kandang sebagai sumber hara tanaman merupakan praktek pertanian yang sudah lama dilaksanakan oleh petani di wilayah tropika Asia, terutama di tanah sawah.

Penggunaan pupuk kandang sudah cukup lama di identikkan dengan keberhasilan program pemupukan dan pertanian berkelanjutan. Hal ini tidak hanya karena mampu memasok bahan organik, tetapi karena berasosiasi dengan tanaman pakan, yang pada umumnya meningkatkan perlindungan dan konservasi tanah. Kondisi ekonomi yang cukup berat bagi petani disatu pihak dan usaha mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah di pihak lain. mengharuskan petani mempertimbangkan kembali semua bentuk pembenah organik yang tersedia setempat, seperti pupuk kandang, residu tanaman dan pupuk hijau.
Sebelum kita memanfaatkan pupuk kandang di lahan pertanian, maka diperlukan pengkajian yang cukup mendalam tentang kebiasaan petani terhadap pupuk kandang yang dimiliki, karena masalah teknis dan sosial petani sering mengharnbat program yang telah disusun, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pupuk kandang berhubungan dengan komposisi hara yang dikandung. Pilihan antara pupuk kandang dan pupuk anorganik hanya karena pertimbangan kandungan tiara, ekonomis, transportasi dan aksesbilitas.
1. Pupuk Kandang Kering
Penggunaan pupuk kandang kering dianjurkan berdasarkan alasan kebersihan, pupuk kandang kering juga mengurangi pengaruh kenaikan temperatur selama proses dekomposisi dan terjadinya kekurangan nitrogen yang diperlukan tanaman. Untukk mempercepat proses pengeringan, maka pupuk kandang dicampur debu atau lumpur kering dalam jumlah yang seimbang, kemudian diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung dan diberi penutup sampai pupuk tersebut dimanfaatkan.

Abu bakaran dapur atau abu bakaran yang lain dapat ditambahkan, dengan komposisi 40% pupuk kandang dan masing-masing 30% untuk debu atau lumpur. Campuran ini disimpan dalam kondisi analog sampai saatnya diperlukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk kandang kering mempunyai kandungan nitrogen yang bervariasi, sapi 2,41%, kerbau, 1,09%, babi 2,11%, dan ayam ras 3,17%. Kandungan nitrogen tidak pernah stabil dan berubah setiap waktu.

2. Pupuk Kandang Cair
Pupuk kandang cair juga baik sebagai sumber hara tanaman. Mengumpulkan pupuk kandang cair dilakukan dengan cara yang baik, maka bahan ini merupakan sumber pupuk yang dapat dimanfaatkan dengan mudah. Saran menggunakan pupuk kandang cair:
1. Lantai kandang dan tempat memandikan ternak harus terbuat dari semen demikian juga bak penampungan limbah cair dan kencing dibuat dengan ukuran 3 x 3 m dan kedalaman 1,5 m. Gulma dan tanaman air dimasukkan ke dalam bak penampungan dan biarkan selama 2 minggu untuk proses fermentasi. Pupuk kandang cair dapat dimanfaatkan dengan cara menyiramkan pada tanaman.
2. Buat kolam penampungan sehingga kencing ternak dan limbah cair lainnya dapat ditampung. Sebelum kencing dan limbah cair lainnya mencapai kolam. buang atau pisahkan bahan padat dan dimanfaatkan untuk membuat kompos. Untuk menyaring bahan padat dapat menggunakan kasa atau jaring pada ujung saluran pembuang.
3. Buat bak yang terbuat dari beton atau semen berukuran 2 x 2 m dan ketinggian 1 m. Campur kencing ternak dengan air untuk mengencerkan sebelum digunakan untuk menyiram tanaman.
4. Dapat membuat saluran pembuang yang terbuat dart semen atau beton langsung ke lahan pertanian.

3. Mengelola Pupuk Kandang
Sebetulnya tidak mudah memanthatkan kotoran ternak sebagai pupuk kandang tanpa mengandung limbah yang lain karena bersifat ruah dan mudah rusak. Menyebar pupuk kandang ke lahan pertanian mengurangi kehilangan hara yang dikandung pupuk kandang. Cara terbaik untuk mengelola pupuk kandang adalah melindungi dari terik matahari langsung atau terkena air hujan sampai pupuk tersebut digunakan. Ada empat sistem yang umum dilakukan untuk menangani pupuk kandang:
a. Mengumpulkan pupuk kandang segar setiap hari dan ditaburkan langsung di lahan.
b. Disimpan dalam lubang atau ditimbun dan dihindarkan dari terik matahari langsung dengan diberi pelindung/penutup. Biarkan pupuk kandang tersebut mengalami proses fermentasi sebelum digunakan.
c. Pupuk cair disimpan dalam kondisi aerob dan dilakukan perlakuan tertentu sebelum digunakan.
d. Pupuk cair disimpan secara anaerob dan dilakukan perlakuan tertentu sebelum digunakan.

Tujuan penggunaan superfosfat adalah untuk meningkatkan kualitas pupuk kandang, yakni:
1. menekan kehilangan nitrogen dalam bentuk amoniak;
2. meningkatkan kandungan fosfat pupuk kandang dan membuat pupuk dengan kandungan hara berimbang;
3. meningkatkan efisiensi penggunaan fosfat oleh tanaman, karena pada umumnya koloid tanah mengikat kuat fosfat yang diberikan dalam bentuk pupuk.

4. Penggunaan Pupuk Kandang Segar Setiap Hari
Kotoran ternak dari kandang dibersihkan kemudian dikumpulkan di tempat penimbunan, dicampur atau diperkaya dengan pupuk fosfat, kemudian disebar di lahan. Cara terbaik untuk menghindarkan terjadinya kehilangan akibat proses dekomposisi dan volatilisasi, adalah meningkatkan kualitas hara pupuk kandang yang akan digunakan.

Penggunaan pupuk kandang segar secara langsung ke tanaman selalu tidak menguntungkan dan menimbulkan masalah karena kandungan, gulma, organisme penyebab penyakit dan senyawa toksik yang kemungkinan dikandung ekskresi. Penggunaan pupuk kandang segar kemungkinan besar timbul panas selama proses dekomposisi dan juga tanaman kekurangan unsur tertentu.
Terlepas dari masalah polusi, proses fermentasi kemungkinan dihasilkan bahan pupuk yang lebih baik daripada bahan yang segar.

5. Komposisi Pupuk Kandang
Limbah yang berasal dari kandang ternak jumlahnya cukup banyak terutama di desa-desa yang, masih memanfaatkan ternak sebagai tenaga mengolah atau ternak sebagai salah satu usaha meningkatkan kegiatan pertanian secara terpadu. Limbah ternak tersebut ada yang dimanfaatkan untuk pupuk kandang, tetapi ada juga yang dibakar. Bahan-bahan ini semua cukup potensial sebagai sumber hara untuk campuran residu tanaman pada saat pengomposan.

Salah satu faktor kritis yang perlu dipahami dalam proses pengomposan adalah kandungan nitrogen dan nisbah C/N dan bahan dasar yang dikomposkan. Kencing ternak merupakan Limbah, akan tetapi dengan teknik konservasi yang sederhana kandungan hara dalam kencing dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.

6. Kelebihan Pemanfaatan Pupuk Kandang
Apabila kita mempunyai pupuk kandang yang berasal dari usaha tani kita sendiri tanpa harus membeli, maka harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk pupuk yang dikombinasikan dengan pupuk kimia.

Pupuk organik pada umumnya lebih bermanfaat sebagai bahan pembenah tanah. Pada umumnya bahan-bahan ini mengandung N, P, dan K dalam jumlah yang rendah, tetapi dapat memasok unsur hara mikro esensial. Sebagai bahan pembenah tanah bahan organik dan pupuk kandang mempunyai kontribusi dalam mencegah erosi, pengerakan tanah, dan retakan tanah. Di samping itu, mampu meningkatkan kemampuan tanah mengikat lengas, memperbaiki struktur dan pengatusan tanah. Bahan organik juga memacu pertumbuhan dan perkembangan bakteri dan biota tanah lainnya.

Nitrogen dan unsur hara lainnya yang dikandung bahan organik di lepaskan secara perlahan-lahan. Dengan demikian pemberian yang berkesinambungan tnembantu dalam membangun tanah, terutama dalam jangka parkiang.

7. Toksisitas Pupuk Kandang
Pada umumnya, kotoran babi banyak mengandung unsur Cu (tembaga), Zn (seng) dan As (arsenikum). Pupuk kandang sapi mengandung 1% NaCl. Kotoran ayam yang digunakan untuk pupuk sering mengandung koksidiostat yang berfungsi sebagai herbisida. Apabila pupuk kandang yang mengandung bahan kimia seperti koksidiostat dimanfaatkan untuk pupuk dengan dosis tinggi secara terus menerus, maka kemungkinan besar dapat bertUngsi sebagai zat alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan benih maupun bibit.

Penggunaan pupuk kandang dalam jumlah banyak, akan mendorong perkembangan lalat dan menimbulkan bau yang menyengat. Berkenaan dengan masalah pencemaran, bau busuk merupakan pencemaran udara yang paling besar mendapatkan perhatian.

8. Penggunaan Pupuk Kandang
Pupuk kandang selalu diaplikasikan sebelum atau pada saat pengolahan tanah sebelum benih atau bibit ditanam. Pupuk kandang setelah disebar merata di permukaan tanah kemudian tanah dibajak dan digaru. Pupuk kandang dapat ditambahkan bersama pupuk kimia pada saat tanam dengan cara membenamkan di antara tanaman sejajar dengan baris tanaman.

Pupuk kandang cair diberikan dengan cara menyiramkan pada tanaman. Apabila dalam jumlah cukup banyak dapat diberikan bersama-sama air irigasi.

9. Takaran Penggunaan Pupuk Kandang
Takaran atau dosis penggunaan pupuk kandang sangat bervariasi, tergantung pada: jenis tanaman, tanah, musim, dan jenis pupuk kandang.

10. Pupuk Kandang dalam Mempertahankan Kesuburan Tanah
Nilai pupuk kandang, tidak hanya ditentukan berdasarkan pasokan bahan organik tetapi besarnya pasokan nitrogen. Nitrogen yang dilepaskan oleh aktivitas mikroorganisme kemudian dimanfaatkan oleh tanaman.

Pupuk kandang, mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Penggunaan pupuk kandang untuk mempertahankan kesuburan tanah merupakan bentuk praktek pertanian organik. Penggunaan pupuk kandang yang dipadukan dengan pupuk kimia, kapur pertanian dan tanaman legum serta didukung pengolahan tanah yang baik. pengendalian gulma dan praktek pertanian yang lain akan berdampak baik bagi pengembangan pertanian organik.

11. Penggunaan Limbah Ternak sebagai Sumber Pakan
Limbah ternak dapat digunakan langsung sebagai pakan ternak. Kenyataannya, praktek ini sudah lama dilaksanakan dan diperkirakan hara yang dikandung limbah ternak 3 -10 kali lebih bermanfaat apabila langsung digunakan sebagai pakan daripada didaur-ulang secara tradisional melalui tanaman. Hara dalam pupuk kandang berasal dari pakan yang dikonsumsi oleh ternak; lebih dari 70% N yang dimakan oleh hewan dapat dilihat dalam kotorannya, demikian juga kalium sebesar 80%. Di antara kotoran ternak, kotoran ayam mempunyal kandungan hara tertinggi, terendah sapi, sedang kotoran babi berada di antaranya.

12. Pengolahan Limbah untuk Pakan
Limbah ternak besar biasanya diolah untuk pakan dalam keadaan kering, tetapi apabila proses pengeringan terlalu tinggi akan menurunkan kandungan protein. Aroma dan rasa (meskipun nilai gizinya rendah) dapat diperbaiki melalui proses fermentasi. Kotoran ternak kecil dapat dibuat pakan melalui proses silase yang dicampur dengan sekam padi, dan menghasilkan pakan dengan kualitas baik.
Perbandingan bahan campuran dalam proses silase adalah 505 jerami padi, 20% kotoran ternak kecil kEmudian diberi sekam padi. Dari hasil penelitian campuran silase melalui proses ini, akan membuat sapi perah memproduksi susu yang lebih banyak daripada silase hanya menggunakan jagung.

Teknologi yang lebih berkembang adalah menggunakan teknologi EM. Melalui teknologi EM dapat dibuat bokashi menggunakan campuran dedak, kotoran ayam dan kotoran kambing untuk pakan ayam, sedang bokashi dengan campuran dedak dan kotoran ayam digunakan untuk pakan babi.

13. Pembuatan Bokashi Kotoran Ayam dan Kotoran Kambing
a. Satu bagian dedak padi ditambah 1 bagian kotoran ayam dan satu bagian kotoran kambing dicampur merata dan diusahakan kandungan air masing-masing bahan sama. Kotoran ayam yang digunakan dapat kotoran ayam murni atau yang telah bercampur dengan sekam padi. Selain menggunakan tiga campuran tersebut dapat juga dipersiapkan bokashi yang tidak menggunakan kotoran kambing, hanya kotoran ayam saja.
b. Ditambahkan salah satu yang tersedia sebanyak satu sendok makan gula pasiri, gula merah cair/molase, 1 sendok makan EM dan 1 liter air.
c. Kadar air bahan adonan diatur 30% (cara cepat apabila digenggam tidak menggumpal)
d. Selanjutnya masukkan dalam karung dan diikat. Proses berjalan selama 2 hari. Selama proses berlangsung akan mengeluarkan aroma manis dan bau amoniak yang berasal dari kencing kambing hilang.
Setelah dua hari bokashi siap untuk pakan ternak ayam. Membuat stok bokashi yang berasal dari kotoran ternak tidak lebih dart 7 hari, karena setelah lewat masa tersebut rasa dan aroma bokashi berubah.

14. Kendala Pemanfaatan Kotoran Ternak sebagai Sumber Pakan
Kemungkinan besar konsumen akan menolak jenis pakan yang berasal dart kotoran ternak. Masalah serius lain yang sering dihadapi bahwa kotoran ternak kadangkala mengandung bahan mineral dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga tidak layak untuk digunakan sebagai pakan. Hal ini karena kebanyakan pakan yang kaya mineral tidak mudah dihancurkan daripada bahan kaya organik. Bahan mineral kemungkinan bukan berasal dari pakan atau sumber lain, misalkan CuSO4 (tembaga sulfa) yang digunakan sebagai disinfektan untuk ternak babi. Di samping itu, kebanyakan pabrik pakan menolak untuk memproses kotoran ternak.

Pustaka
Penerapan pertanian organik: pemasyarakatan dan pengembangannya Oleh Rachman Sutanto